Wonder Woman : Refleksi Kelakuan Kaum Hawa

Wonder Woman : Refleksi Kelakuan Kaum Hawa

Tahun ini, kita enggak bisa nonton sejumlah film yang direncanakan tayang. Ada pandemi Covid-19 yang membuat bioskop menutup layarnya. Sejumlah produksi film pun dihentikan. Salah satu film superhero yang gagal tayang sesuai rencana adalah  film “Wonder Woman 1984”. Alhasil, gue enggak bisa mantengin aksi Gal Gadot. Ngomongin Wonder Woman atau superhero cewek lainnya, gue punya pertanyaan sederhana. Bagaimana jika seorang cewek mendapatkan kekuatan super? Emak-emak yang naik motor matic aja enggak bisa disalahkan, apalagi Wonder Woman?

Wonder Woman pasti bakal sensi ketika ada yang negur, “Mbak, kalo sein ke kiri, belok ke kiri dong. Jangan lampu sein ke kiri, tapi malah memperpanjang STNK”

Gue juga bakal kebayangin gimana kalo Wonder woman naik motor matic boncengan bertiga bareng Super Girl ma Power Girl. Mereka bertiga ketawa ketawa kecikikan. Postur mereka juga dikenali lewat kaki dengan luka bakar bekas knalpot. Dan yang paling unik, kulit wajah mereka dan leher yang beda. Lalu tiap Sore muter kompleks di sekitar markas Justice League.

Bagaimana pun juga Wonder Woman adalah icon superhero cewek, sebagaimana lagu dinyanyikan Mulan Jamelaa, dengan judul “Mahluk Tuhan Paling Wonder”

Mungkin (hampir sama) dengan Superman sendiri yang terkadung jadi icon Superhero. Buat Marvel Fansboy, sori ya.

Toh, gue tetap mengakui bahwa Marvel keren dalam membangun universe cerita, melalui MCU. Tapi DC punya jagoan yang lebih keren, lebih iconik. Marvel menang di film, tapi DC menang di karakter, komik, TV Series, Merchandise, dll.

Pertanyaan yang kemudian muncul di benak gue, kenapa superhero cowok jadi superman, dan superhero cewek jadi wonder woman?

Setelah gue renungkan, ternyata cowok itu selalu mengunakan standar superlatif. Bukan Pak Latif yang super. Tetapi superlatif menunjukkan “kelebihan” dibandingkan dengan yang lain. Cowok akan merasa hebat jika ia lebih besar, lebih panjang dan lebih kuat. Makanya banyak orang yang mengaku keturunan Mak Erot.

Sedang cewek mengunakan standar yang beda. Wonder, (setelah gue buka google translate) bisa berarti penasaran, heran, bertanya-tanya, dan sesuatu yang menunjukkan kekaguman. Terjemahannya ribet, sama kayak cewek.

Pantas aja cewek suka bertanya, “aku bagus pake baju merah atau orange?”. Setelah cowok pasangan memilih suatu baju, si cewek memutuskan pake baju hitam. Nah, ini yang bikin cowok jadi heran.

Nah, di film Wonder Woman, yang gue liat beberapa hari lalu, semakin nunjukin perbedaan cowok dan cewek. Seperti quote yang mengatakan “pria dari mars, wanita dari venus, dab operator SPBU dari nol”.

Quote itu nunjukin perbandingan antara cowok dengan cewek; antara logika dengan perasaan. Kalo pun benar cowok dari mars, gue yakin cowok pertama yang tinggal di mars adalah Hari Tanoe, lalu dia bikin Mars Perindo.

Kembali ke Film Wonder Woman, gue suka film ini karena mampu menggabungkan karakter super hero yang tangguh dan cewek yang feminim sekaligus dalam satu tokoh. Gal Gadot memainkan peran yang mumpuni. Enggak kebayang kalo karakter Putri Diana (alterego wonder woman) ini diperankan oleh bintang Film lainnya, pasti jatuhnya akan beda. Misalnya saja Dian Sastro.

Enggak kebayang kalo Dian Sastro jadi Wonder Woman, lalu saat berhadapan dengan Dewa Ares, dewa perang yang harus ia kalahkan, Wonder Woman cuman bilang, “Ares…. apa yang kamu lakukan itu jancuk”

Padahal dalam kehidupan nyata, cewek jauh lebih kuat dibandingin cowok. Bini gue bisa gendong anak gue semalaman. Sedangkan gue hanya bisa gendong satu jam. Siapa yang paling kuat?

Alasannya seorang bapak gendong anaknya pake otot. Satu jam udah pegel. Pegel lele lamongan. Sedangkan cewek gendong pake hati. Pake hati, sama sambal krecek dan gudeg ayam.

Contoh lain, cowok meskipun badannya kekar kayak Agung Hercules sekalipun , ternyata lebih membutuhkan obat kuat daripada cewek.

Lalu kita bisa menarik sebuah kesimpulan dari esai ini, Wonder Woman : Refleksi Kelakuan Kaum Hawa; bahwa wanita adalah mahluk kuat, seperti Mea Khalifah yang kuat menghadapi dua pria sekaligus.

Related Post
Review Mereka Bilang Gue Playboy : Bunda, Apa Benar Om Rio Tu Playboy?

Buku ini adalah obat galau bagi siapa saja. Dan jika anda dapat tertawa membacanya, dijamin anda juga berbakat jadi playboy Read more

Pamer Tumbler di Coffe Shop

Selamat malam, perkenalkan nama Gue Rio Nisafa Dan gue kesel dengan dua orang mbak-mbak kuliahan yang gue temuin di coffe Read more

Review Film Komedi Sabar Ini Ujian : Imun di Tengah Pandemi

Konsep time-loop ini memang hal yang baru bagi perfilman Indonesia, Meski alur seperti ini sudah bisa kita lihat di film Read more